Masih saja kita bahas bahasa puisi. Meski terbentang antara puisi lama dan baru. Manusiawi juga yang lama dilupakan dan yang baru disanjung. Namun sepantasnya tidak demikian. Berbahasa memang hak semua orang. Gaya bahasa juga menjadi ciri khas orang itu. Tidak ada yang salah. Justru semakin memperkaya bahasa.
Kemarin kita bicara tentang balada dan romansa. Cerita dan cinta yang mestinya bisa bagus. Hanya karena ketidakmampuan berbahasa jadi biasa saja. Ya maaf. Tapi kamu tidak muak-kan, kalau ku ajak bermain elegi dan ode?
Kamu tahu nuansa pagi ini? Sedih dan duka. Ada hal keterkaitan yang semestinya tidak dituduhkan. Ya! Elegi: puisi berisi kesedihan dan kedukaan yang muncul dari rasa. Memang pembagian ini berdasarkan isi puisi. Belum bedasarkan waktu. Untuk itu isi puisi adalah rasanya.
Elegi Sakit Jiwa
Telah berserah genap jiwa raga
Untukmu yang selalu kupuja
Malaikat hati
Pemilikku dari ujung rambut dan kaki
Belum cukup atau muak?
Apa pinta yang tidak kutindak
Masih juga kurang
Rasa hati dan jiwa sebesar gunung
Ini bukan tentang aku tapi jiwa
Sakit sesak merusak di pagi buta
Jiwa berkecamuk remuk
Jiwanya hancur tersruduk
Menangislah jiwa yang sakit
Gelisahlah hati yang pahit
Sakit jiwa
Hati yang terluka
Wahai jiwa yang sakit, aku sungguh tidak berkelit
Tunggu saja, kita akan kembali bersama
Elegi yang mungkin gagal aku sampaikan. Sudah tahu kan bahasaku murah. Tidak sekeren para pujangga kerajaan. Bukan juga penyair kondang. Tapi tetap aku berusaha belajar. Karena itu lebih indah dari hasilnya. Begitu juga kamu yang ku puja. Lebih indah merasakan cara daripada makan hasilnya.
Teruntuk kamu yang masih setia dengan puisi-puisi. Setelah kesakitan yang kesekian kali. Tentu ada mentari yang bercahaya. Dan itu kamu yang ada di sana. Aku mencoba mengutarakan lewat ode– puisi berisi sanjungan. Karena kamu tokoh penting dalam hidup ini.
Dewi Malam
Selendang sutra dan paras jelita
Rona dalam sukma berpancar
Senyummu sabit rembulan malam
Jangan pudar di gemuruh badai hujan
Jangan padam hanya air hujan
Langkah berani dan penuh kasih sayang
Memendam cinta dalam perjuangan
Tangguh tanpa pernah rapuh
Tidak pernah ragu dan tunduk
Kau dewi puja dari kayangan
Turun menjelma bidadari
Membawa mantra dan keajaiban
Puja selalu untuk malam sampai siang
Maafkan aku yang kurang akan bahasa. Sulit juga menerawang imaginasi lalu terbentuk diksi. Namun aku harap juga tidak mengurangi maknanya. Karena isi yang lebih aku ingin kamu mengerti. Mungkin juga terasa kurang sampai. Tidak apa-apa ya. Izinkan aku belajar mencintai dan berkata.
Bagi-bagi ilmunya nulis puisi dan prosa dong kakak.. ππ
Halah aku lho lagi belajar kak. Colek kak dika yang tulisannya kerenππ
Ehmm…
Hay kak dika, salam kenal ya.
Lupa sm aku? Dika di plukme ini loh, Yang kemarin dipanggil Om waktu komentar… Aiishh..
Masak sihh…ππ, Lupa aku yaa…ππ, Tapi aku ingat kok wkkww…ππ, I see i seee…ya aya..πππ
Hahaha… udah introgasi silet semalam jd inget.. wkwk
Hahhaa…introgasi macam penjahat geng jalanan saja …π€£π€£π€£