Untuk pertama kalinya membuat syair, kuhaturkan maaf pada siapapun yang membacanya nanti. Maafkanlah aku yang sudah mencoba untuk pertama kali ini. Jika bukan sekarang, kapan? Ia kan? (Edisi ngeles)
Maafkanlah jika ini belum dapat dikatakan sebagai syair, sebab ini hanyalah sebuah kelinci percoabaan. Yah, bagaimanapun, tetap saja harapanku ini sudah layak disebut sebagai syair.
Syair tentang wanita yang ditinggal tanpa kata oleh seorang lelaki yang merasa tak berdosa. Sekuat tenaga meyakinkan, namun ketika sudah yakin ditinggalkan. Jahat? Akh, tolak ukur jahat atau tidak setiap kita berbeda kan? maka nilai sendiri dan petiklah apapun yang baik dari syair ini. Jika ada. Hehehe
Kuberi judul dengan “Syair Pilu”
Syair Pilu
Bulan berganti bulan
Jaman semakin edian
Dan kita semakin disibukkan pada kebiasaan-kebiasaan yang membuat kita semakin heran
Heran, mengapa ia menjadi sebuah kebiasaan
Tahun mulai berubah
Entah tahunnya yang berubah, atau kitanya yang berubah
Menanti datangnya pergantian waktu yang absah
Sembari menanti waktu yang semoga berkah
namanya manusia, hendaknya lupa
inginnya berkelana
sukanya tak tahu kemana
kemudian mencaci tanpa dosa
Sampai pada akhirnya semua berubah
Dari hatimu yang awalnya kuat menjadi rapuh
Dari pikiranmu yang awalnya jernih menjadi keruh
Dari kata-katamu yang awalnya tertata menjadi tak terarah
Sampai kau tersadar, Sudah menuju Ramadhan saja
Sikapmu belum juga sama seperti sedia kala
Masih dingin, dan membelu layaknya srigala
Tega nian kau buat itu kepada saya
Iya, Saya
Bukankah kita sudah tak pernah lagi menjadi kita?
Ia munsah dengan sikap yang tak tertararah
Kau. Iya, Kaulah pengebab utamanya
Dahulu, kau mengemis cinta
Merayu dengan dusta
Meyakinkan dengan nestapa
Kemudian pergi tanpa kata
Hey kau, bukankah pernah kau berkata, “Demi pulang dengan damai bersamamu”? dengan lantang?
Kini, kemanakah kalimat itu kau buang dengan laju?
Sudahkah ada bidadari lebih langsing ketimbang aku yang segentong ini mengisi hatimu?
Jika iya. Akh, murah sekali harga kepribadian di hatimu yang sedang perang itu
Belum lagi sempat kita usai berperang, sudah kau katakan ungkapan pulang
Namun, begitulah kau. Kau yang mengajak berperang, kau pulang yang terbang dibawa tepung
Lembut, tapi mengepung
Putih, tapi tak terkepung
Lupakah kau pada caramu meyakinkanku, hingga dengan mudah kau pergi seolah tanpa dosa
Diperingatkan “Ini soal hati, jangan bermain-main. Tak elok rasanya untuk usia dewasa macam kita”
Namun, nyatanya kau sayat-sayat beribu luka
Ia dari bibirmu hampa, hanya sebuah dusta ternyata
Kini, Sudahkah kau tenang usai meninggalkan aku yang tercabik-cabik hatinya?
Kini, adakah rasa bersalah hinggap menghantui hatimu yang entah seperti apa rupanya?
Sudahkah? Atau ia terus diliputi rasa bersalah yang panjang tak terhingga?
Jika ia, maafkan, itu bukan doaku pada Tuhan, melainkan doa-doa orang yang mencintaiku begitu dalamnya.
Jika kau menyesal, tak perlu merengek meminta maaf pada korbanmu ini
Kau hanya perlu berbenah, siapa tahu kelak ada karma menanti
Kembalilah pada jalan lurus bernama hati
Iya, hati yang terus ditautkan pada pemilik hati.
Gimana gengs? Ah sudahlah. Terimakasih untuk yang sudah membaca. Semoga terinspirasi. Terinspirasi apanya? Hahaha, ya terinspirasi pada perjuanganku untuk mencoba membuat syair pertama kali. Yang penting mah niat dulukan?
Jangan lupa ikutan ya. Kalah menang biasa. Kalau kata orang-orang mah “Habiskan jatah gagalmu”. Kalau aku mah, udah keseringan gagal, jadi kebiasaan deh. Miris? Yah nggak miris-miris amat dah, yang penting happy.
Jangan lupa bahagia. Udah, itu aja.
😂😂😂 Ini sih bukan syair pilu. Sumpah, aku ngakak, Rindu. Syair kocak nih. Wkwkwkkw. Jangan bawa-bawa gentong pula ah. Duh, kamu benar-benar menghibur ih. 😱😱😱
Salam buat Babang yang bikin kamu kayak gini. Aku punya stok dua Babang, mau? Gimana kalau Babang Al? 😉😉 *Kalau protes, ketahuan kamu stalking wkwkwk.
Hahahaha. Anggap aja sedih mbak. Jangan ketawa, karena ini syedih banget hahaha.
Mana abangnya?
Wah jadi inget dua bait yang terbengkalai dari entah kapan wkwkwkwk
Menginspirasi sekali ini mah, kalau nggak dicoba mana tahu bisa atau enggak. Sip. Lanjutkan, setelah adem isi kepala mau buka work sendiri. 🤣🤣🤣🏃🏃🏃
Buahaha. Pasti pernah nyoba kan mbak? Tapi nggak dilanjutkan 😂😂😂. Lanjutin atuh mah😄😄.
Hahaha. Akhirnya, ada yang terinspirasi dari kekonyolan kelinci percobaan ini. Wkwkw
Mangatse buat worknya mbak.
Buahahaha. Anggap aja pilu mbak. Wkwkwkw. Udah mau menetes air mata pas nulis (bohong). Hahaha
Babang? Aaaaa, mana-mana? Biar Rindu kepoin. Wkwkw
Mencoba lagi ah..
Coba terus QaQa😅😅
Tapi gak bisa-bisa
Sudahkah ada bidadari lebih langsing ketimbang aku yang segentong ini mengisi hatimu?
😂😂 aku serius baca ngakak di part ini. Piss rindu 🤗🤗🤗
Please, don’t laugh, Karena ini sakit. Hohoho
Bisa atuh 😄😄
jangan pilu-pilu besok siang kita meetup.. wkwkw
Ya😐😐😐 gagal meet up😭😭😭😭. Kalau ada waktu, kita meet up mas. Hohoh