Ilustrasi by Lapak Buah

Sejauh ini rasanya belum pernah bisa terlupakan. Meski gerusan waktu selalu mengikis halus secara berlahan. Namun, selalu ada cara untuk mengingatnya kembali. Mungkin karena semua itu adalah kenangan abadi yang bernilai. Mereka sering menyebutnya ‘kebahagiaan’, satu kata dengan varian cara dan rasa.

Kata itu menjebak, tetapi juga menggiurkan. Hingga suatu ketika kita berdebat tentang kamar mandi dan tamasya. Kebahagiaan buang air besar dan air kecil adalah sangat pribadi. Biarpun aku mencintaimu, tidak sopan rasanya mengajakmu bahagia dalam kenikmatan yang begitu egois dan intim. Lalu, kamu sodorkan cerita melahirkan “aku ingin saat melahirkan kebahagiaan itu, kita nikmati berdua. Tidak ada siapa pun kecuali aku, kamu, dan anak kita yang mau lahir.”

Jauh kemudian, kita tamasya mengajak buah cinta ke rumah sederhana yang ada di balik bukit perkebunan teh. Menikmati kehadirannya, keberadaan kita yang sudah tidak berdua lagi. Berusaha selalu saling menjabat erat, kompromikan kebahagiaan masing-masing dan bersama-sama.

Hanya saja ada pinta yang sedikit mengancam untukmu “tidak ada alasan di dunia ini untuk membuatmu tidak bahagia, meskipun itu tentang kematianku.” Semua itu hanya untuk mengingatkanmu tentang tujuan kita, bahagia. Kalaupun sampai detik ini belum bisa tamasya, janganlah kamu gunakan untuk bermuram durja. Itu kebahagiaan lain yang mungkin bisa kita nikmati di lain waktu. Hingga antara semua ini adalah sebuah harapan yang tidak selamanya akan sesuai dengan kenyataan.

Harapan itu sebagai cara untuk menunda kebahagian lain yang belum bisa kita nikmati. Yang memang belum tergapai biarlah dia di sana. Menjadi titik yang entah akan kita singgahi atau dibiarkan dan berlalu. Nikmati saja apa yang bisa kita rasakan, saat ini. Bukan sebagai putus asa, lebih dari semuanya inilah kebahagiaan yang memang nyata-nyata ada.

Janganlah membuat harapan yang akhirnya membuatmu bersedih. Anggaplah semua ini biasa saja, you’re not the one yang pernah merasakannya. So, apa spesialnya? Bahkan anggaplah kekasihmu ini manusia biasa. Sehingga suatu hari kematian menjemput, tidak ada yang perlu ditangisi. Tidak juga kesedihan yang berlarut-larut, apalagi sampai kamu kehilangan kebahagiaan. Sumpah! Kekasihmu tidak akan pernah rela.

Harapan semestinya bahagia, jika tidak segeralah untuk menghapus dan menulisnya kembali. Jadikanlah dia candu yang selalu kamu cari. Selalu ingin kamu ulang, entah dengan orang yang sama ataupun dengan orang lain. Ingatlah sayang, tidak ada alasan untukmu tidak bahagia. Seberdosa apa pun itu, aku berupaya untuk menerima.

Namun, apalah arti kebahagiaan itu jika mengusik kebahagiaan yang lain. Bagaikan kentut yang baunya tanpa sengaja bisa merusak suasana romansa. Pergilah keluar dulu, nikmati kentutmu baru kembali ke pangkuanku. Lebih dari itu seandainya kamu ingin mencari kebahagian di luar sana, silahkan. Asal saat kehampaan hinggap, kamu tahu harus pulang ke mana. Seperti yang pernah terucap “tidak ada alasan untuk tidak bahagia.”

Harapan itu akan berbeda-beda dan berulang, layaknya kebahagiaan yang kamu rasakan di setiap kala. Namun, kehidupan ini antara aku dan kamu yang ingin bahagia sedunia dan sesurga, itu lebih dari cukup.

2 KOMENTAR